A Man in Your Future

Beberapa hari ini moodku lagi berantakan. Selain sedang beradaptasi dengan lingkungan kerja baru-yang-serba-mendadak, juga tekanan halusinasi tentang laki-laki masa depan.

Entahlah, aku tidak berharap juga bakal menemukan pasangan hidup dalam beberapa bulan ke depan, toh selama ini aku tidak menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun, selain rekan kerja atau teman, maupun berniat taaruf secara serius.

Menikah.

Rasanya… kata itu masih lama untuk ku jalankan tapi aku bisa saja membayangkan bersanding dengan dia, temanku yang kusuka secara sepihak dalam diam. Mengenaskan. Atau… pernah aku bersikap acuh dengan ibadah satu ini, bisa saja di dunia yang bernama bumi ini aku belum berjodoh dengan siapapun tapi di dunia selanjutnya aku akan berjodoh dengan si dia.

Dia. Belum tau juga siapa itu.

Kalau menyinggung tentang perasaan suka pada lawan jenis, adalah yang ku suka. Tapi bagaimana dengan A man in Your Future .. aku berhalu bisa bersanding dengan mereka sih.

Setiap pagi, aku akan kesal karena perabotan rumah akan berantakan. Di menatapku dengan wajah polosnya dan tersenyum memamerkan lesung pipit sembari membuka kedua lengan. Bersiap menyambutku dengan pelukan

Albuk fotoku tidak akan pernah sepi dari hasil bidiknya. Malamku akan jauh lebih tenang mendengar suara beratnya. Saat pagi, ia tersenyum ke arahku dengan.. um. Sebuah kedipan mata (?)

Adalah hal indah pagi ku mendengarnya bernyanyi. Berselimut handuk dan rambut gelombang basahnya. Dia tersenyum malu dan menyentil hidungku

Aku tidak berhenti tertawa mendengar daddy-jokes di pagi ia membuatkanku sarapan. Bertingkah lucu, menari, sampai.. mengantarku dengan ciuman di udara.

Aku akan memintanya mengajariku berdansa, bernyanyi, melakukan hal konyol lainnya.